Mengintip Karya Katherine Karnadi
Melihat karya Katherine Karnadi dalam goresan cat air dan pensil yang halus, mengingatkan kita akan kata-kata feminine dan fragile. Lukisan yang menghadirkan sosok perempuan cantik dengan nuansa melankolis ini adalah wujud passion Katherine dalam dunia seni yang sudah tertanam sejak dini. Terkesima dengan keberaniannya melangkah keluar dari zona nyaman kerja kantoran, kepada Urban Icon, Katherine menceritakan tentang kepribadian dan inspirasinya dalam berkarya.
Karya Katherine Karnadi
Hai Katherine, apa atau siapa yang pertama kali membuatmu tertarik pada seni?
Orangtua aku sih. Almarhum ayah adalah seorang arsitek, ibu aku dari seni rupa. Mereka koleksi buku-buku art movement seperti expressionism dan impressionism banyak sekali. Waktu aku kecil mereka bilang aku tidak pernah minta dibelikan mainan, maunya krayon atau alat gambar. Jadi dari kecil aku memang sudah suka corat-coret.
Kapan pertama kali kamu memutuskan untuk fokus berkarya secara profesional?
Sekitar tahun 2013. Aku waktu itu kerja sebagai Account Executive yang sebenarnya memang tidak begitu nyambung dengan passion. Aku dari dulu juga tidak suka rutinitas jadi akhirnya aku memutuskan resigndan memberanikan diri menjadi ilustrator dengan segala risikonya. Tapi untungnya ketika terjun menjadi ilustrator aku terbantu dengan adanya Instagram dan tidak sampai setahun sudah dapat banyak klien.
Ada role model atau influens khusus dalam karya Kathrine Karnadi?
Kalau seniman luar aku suka seniman lama seperti Henri Matisse dan Egon Schiele. Matisse terkenal dengan teknik cut-outs. Jadi aku pernah bikin gambar yang ada paper cut-outs semacam bunga-bunga yang ditempel, itu inspirasinya dari Matisse yang gunting kertas warna-warni untuk ditempel di karya. Kalau Egon Schiele aku suka karena karya dia terlihat effortless. Influens aku memang karya-karya yang minimalis dan effortless, aku tidak terlalu suka yang karyanya terlalu “jadi” atau “well done”, aku suka yang agak unfinished.
Baca juga : Karya Ramah Lingkungan Pimpi Syarley Naomi
Medium berkarya yang paling kamu suka apa?
Dari kecil yang pasti sih pensil, kertas, dan watercolour. Sejak dapat banyak kerjaan aku juga mulai mewarnai secara digital tapi gambarnya tetap manual. Cuma, beberapa bulan lalu aku beli tablet terus coba digital drawing dan ternyata sangat nyaman, jadi ketagihan dan aku sekarang lagi sering gambar digital.
Apa saja yang menjadi inspirasi dalam karya Kathrine Karnadi?
Inspirasi bisa datang dari hal-hal kecil sampai hal-hal yang memang dibuat untuk menginspirasi, semisal karya-karya dari seniman luar dan lokal. Aku juga suka ke coffee shop yang selain untuk bekerja, aku juga suka people watching. Melihat orang lalu-lalang bisa menjadi inspirasi, terutama perempuan, karena karya aku memang feminin.
Ciri Khas Karya Katherine Karnadi
Bagaimana kamu mendeskripsikan ciri khas karya Kathrine Karnadi?
Mungkin feminin ya. Terus agak melankolis karena aku jarang gambar perempuan yang tersenyum. Lebih ke moody, melancholic, fragile, tapi tetap cantik. Padahal aku sendiri bukan orang yang melankolis, justru agak silly sebetulnya. Tapi memang introvert saja. Banyak yang bilang aku terlihat judes padahal tidak kok. Aku memang agak introvert jadi kalau di acara aku terlihatnya pendiam. Tapi sekarang tidak, kan? Haha.
Selain terasa feminin, karya Kathrine Karnadi banyak mengandung elemen fashion juga ya?
Sebetulnya aku bukan fashion illustrator, cuma memang ada beberapa pekerjaan yang mengharuskan aku menggambar fashion illustration. Sebelumnya aku lumayan sering dapat job untuk majalah fashion atau di-hire untuk live drawing di acara fashion brands, jadi mau tidak mau aku sering membuat fashion sketches. Tapi aku tahu itu bukan arah yang aku mau, jadi sekarang ini aku sudah berhenti menerima tawaran live drawing.
Berapa waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah karya?
Itu tergantung sih. Kalau untuk karya yang sifatnya kerjaan, itu agak panjang karena kita pasti harus melalui meeting, brainstorming, membuat konsep, revisi, hingga menginjak tahap approval yang bisa memakan waktu 1-2 bulan. Tapi kalau karya yang sifatnya personal dan cepat, biasanya konsep apa di kepala ya langsung bikin saja. So simple.
Kriteria Katherine dalam memilih klien sendiri biasanya apa?
Aku termasuk agak picky. Yang jelas brand-nya aku harus suka dulu. Kalau brand-nya aku tidak pernah kenal “dekat”, aku pasti tolak karena aku tidak mau karyaku dipakai brand yang aku sendiri saja tidak kenal. Menurutku itu tidak sesuai dengan karya aku dan target market yang aku mau.
Bagi Katherine, apa rasanya menjadi seorang seniman di era media sosial seperti sekarang?
Yang jelas sekarang sangat mudah untuk showcase karya kita. Mungkin zaman dulu kalau ingin dikenal banyak orang harus kirim karya ke publisher atau ikut pameran. Sekarang kita bisa showcase karya di media sosial dan dapat viewers atau klien lebih gampang.
Mengenal Katherine Lebih Dekat
Di mana biasanya kamu bisa ditemukan saat weekend?
Makan di restoran. Aku suka mencari-cari restoran yang hidden gems. Pokoknya menikmati hidup sambil makan bersama suami atau teman-teman.
Omong-omong soal fashion, personal style kamu sendiri seperti apa?
Sudah pasti basic dan loose. Aku bukan orang yang fashionable sih, menurut aku karena aku kurang nyaman pakai warna atau motif yang ramai. Aku suka warna kalau tidak hitam, putih, abu-abu, atau beige. Untuk aksesori pun aku paling pakainya anting, cincin, dan jam tangan. Aku suka fashion lebih dengan cara mengapresiasi, misalnya aku suka desainer Josep Font buat Delpozo yang rancangannya seperti walking art yang aku suka melihatnya tapi tidak mungkin aku pakai.
Untuk keseharian, tipe tas seperti apa yang menjadi favoritmu dan benda apa yang wajib dibawa dalam tas?
Biasanya tote bag karena aku sering bawa tablet atau laptop karena takut ada kerjaan yang mendadak. Jadi aku butuh tote bag yang besar dan kuat. Untuk isinya standar sih: dompet, makeup, tablet atau laptop, dan headphones. Dulu sering bawa sketchbook dan alat gambar tapi sekarang jadi jarang karena sudah pakai tablet.
Baca juga : Mengintip Koleksi PURANA yang Ramah Lingkungan
Apa yang menjadi minat lain di luar seni?
Banyak sekali. Salah satunya arsitektur karena ayahku seorang arsitek jadi dari kecil aku juga sudah familiar. Selain itu aku juga suka interior design. Aku suka mendekor rumah sendiri. Setiap tahun biasanya akan ganti dekor, walaupun boros, tapi aku suka. Hahaha…
Terakhir, apa proyek selanjutnya?
Sekarang aku sedang fokus di proyek yang sebetulnya tidak berhubungan dengan ilustrasi. Jadi aku dan beberapa teman berencana membuat community space bernama Ruang Kini di daerah Ahmad Dahlan. Kami kerja sama dengan arsitek Yori Antar dan konsepnya seperti mall tapi lebih curated. On top of my mind, aku sedang memprioritaskan proyek ini sampai akhirnya bisa launch di akhir 2019 nanti.