Mengintip Koleksi PURANA yang Ramah Lingkungan di Jakarta Fashion Week 2019
PURANA Brand Local yang Ramah Lingkungan
Nonita Respati, seorang desainer yang akrab menggunakan kain tradisional atau kain Nusantara dalam setiap karyanya. Kecintaan Nonita akan kain Nusantara berawal dari sang ibu yang memang pengoleksi batik. Di 2008, kecintaan itu mulai ia dalami melalui label yang dibangunnya, bernama PURANA. Koleksi PURANA yang ramah lingkungan ini, mulai dikenal oleh masyarakat.
Meski menggunakan kain Nusantara, seperti batik, koleksi PURANA yang ramah lingkungan banyak disukai karena desainnya kontemporer. Nonita juga banyak menciptakan motif-motif yang unik dan terkenal akan eksplorasinya terhadap teknik tie-dye, atau teknik ikat celup.
Di sisi lain, PURANA selalu meminimalisir terjadinya limbah industri dari proses produksi dan memaksimalkan penggunaan kain. Misalnya dengan menggunakan pewarnaan alami dan memanfaatkan kain perca. Selain koleksi PURANA yang ramah lingkungan, PURANA juga salah satu brand yang menjunjung sustainability dan ethical fashion.
Kolaborasi PURANA dengan Humbang Hasandutan
Pada ajang Jakarta Fashion Week 2019. PURANA memberikan sentuhan yang cukup berbeda dengan koleksi terdahulunya. Lewat kolaborasi dengan pengrajin kain Humbang Hasandutan, Nonita meluncurkan koleksi ready to wear dengan nuansa earth tone dan resort.
Ingin tahu lebih banyak tentang koleksi PURANA yang ramah lingkungan di JFW 2019? Simak wawancara Urban Icon dengan Nonita Respati, desainer sekaligus CEO dari label fashion PURANA.
Apa tema dari koleksi PURANA untuk Jakarta Fashion Week 2019?
Temanya adalah “Humbang Shibori X PURANA” yang merupakan kolaborasi PURANA dengan perajin kain Humbang Hasundutan, sebuah komunitas perajin Shibori yang berkomitmen menggunakan natural dyes, dari tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara. Kami akan menampilkan 48 look, dengan lebih banyak menampilkan koleksi-koleksi ready to wear dengan sentuhan resort. Total koleksi tersebut akan dibagi menjadi empat sequence yang dibedakan lewat aksesoris yang digunakan. Mulai dari topi berbahan rotan, hingga topi safari.
Apa yang membedakan koleksi PURANA tahun ini dengan koleksi sebelumnya?
Koleksi kali ini lebih menonjolkan sustainability dan eco-friendly, karena kami menggunakan material yang ramah lingkungan. Dalam pembuatan dan pemotongan pola kain, kami selalu berusaha menerapkan zero waste concept sehingga semua sisa kain dapat diolah dengan baik dan tidak mengotori lingkungan.
Untuk sisa kain, kami mengolahnya menjadi sandal, wedges, topi, dan patches, juga untuk kombinasi elemen dalam sebuah baju. Selain itu, kali ini kain yang kami gunakan juga tidak menggunakan teknik batik, melainkan dengan teknik shibori. Di shibori, teknik yang dilakukan adalah melipat, melilit, dan mengikat kain, lalu mencelupkannya pada pewarna alami.
Baca juga : Nadine Chandrawinata : True Warrior
Apa yang membuat PURANA tertarik untuk berkolaborasi dengan Humbang Shibori?
Sejak tahun lalu PURANA memang sudah mengarah ke fashion yang lebih ramah lingkungan. Terinspirasi dari film dokumenter The True Cost tentang dunia fast fashion dan siapa yang turut membayar harga baju yang semakin murah. Ternyata alam dan manusia yang ikut membayarnya. Polusi meningkat, pekerja industri fashion (garmen) tidak sejahtera, 1.000 pekerja garmen Bangladesh tewas menjadi korban runtuhnya gedung tempat kerja.
Kalau safety tempat kerja saja tidak diperhatikan, apalagi kesejahteraannya? We want to take part on the future of fashion by being more sustainable, eco friendly, ethical. Gerakan #whomademyclothes membuat kami semakin yakin bahwa transparansi adalah bagian dari masa depan fashion.
Alasan selanjutnya, saya sudah lama ingin bekerja dengan community-based artisans, dan alasan terakhir adalah karena karya mereka memang bagus serta punya potensi di platform global dari sisi estetik. Karena itu, ketika bertemu dengan Humbang Shibori yang memiliki kesamaan visi dan misi dengan PURANA, saya tidak membutuhkan waktu lama untuk berpikir bahwa kolaborasi ini harus segera terwujud.
Ibu Dumasi Samosir Wongso selaku Direktur PT. Asuransi Sinar Mas yang membina Rumah Kreatif Sinar Mas dan penggagas terbentuknya Humbang Shibori juga bekerja membina kelompok perajin ini dengan hati. Semestalah yang mendukung energi dan niat baik ini.
Teknik apakah yang digunakan untuk menghasilkan motif-motif pada kain Humbang Shibori?
Shibori dalam bahasa Jepang adalah sebuah teknik pengolahan kain hand made yang di Indonesia dikenal dengan sebutan jumputan. Teknik ini menggabungkan antara teknik ikat celup dengan jahit dan celup, yang dilakukan secara terpisah pada selembar kain.
Berapa lama Nonita mempersiapkan koleksi ini?
Karena kain sudah tersedia dan jumlahnya mencukupi, maka kami mempersiapkan koleksi ini dalam waktu 2-3 bulan saja untuk 48 looks. Dan karena semuanya berbasis natural dyes, warna-warnanya cenderung earthy, jadi dipadukan antara kain shibori satu dan lainnya, hasilnya sangat unik, eye catching, refined, dan modern.
Apakah ada pesan yang ingin disampaikan PURANA lewat koleksi terbaru tahun ini?
Marilah kita lebih bertanggung jawab dengan alam. Kita bukanlah pewaris bumi ini, kita meminjamnya dari generasi setelah kita. Jadilah pembeli yang cerdas dan memahami, dengan mengkurasi baju-baju yang layak dikoleksi dan kira-kira masa pemakaiannya serta masa trennya bertahan cukup lama (paling tidak 5 tahun).
Baca juga : Brand Story: Koleksi Pilihan Summer 2018
Bagaimana PURANA mempertahankan sustainable dan ethical fashion dalam tiap koleksinya?
Begitu banyak hal yang saat ini kami upayakan untuk mengusung sustainable dan ethical fashion. Seperti merilis lebih banyak “season-less” items yang tidak mengenal trend dan musim, dan bisa dipakai kapan saja; lebih banyak menciptakan pakaian dengan zero waste concept; mengolah limbah kain menjadi tas, scarf (salah satunya dengan bekerja sama workshop pengolah limbah kain, Threadapeutic) maupun workshop kami sendiri; menggunakan lebih banyak natural fibers dibandingkan serat sintetis; serta memberikan porsi lebih terhadap pewarna alam.
Apa rencana besar yang sedang Nonita persiapkan untuk PURANA dalam waktu dekat ini?
Desember hingga Februari, PURANA akan berada di Indonesian Exhibition di department store Shibuya, Jepang, dan melakukan road show. Presentasi untuk buyer Portugal di awal Desember, dan lebih aktif berpartisipasi pada B2B Business.
Apakah ada rencana dari PURANA untuk membawa koleksinya untuk show di luar negeri?
Saat ini belum ada rencana. Terakhir kami melakukan show di LA Fashion Week dan Hongkong Fashion Week. Yang terdekat adalah event di Jepang tadi. Doakan saja ada tawaran.
Menurut Nonita, apa kendala terberat dalam mengajak masyarakat Indonesia untuk memahami perlunya sustainable dan ethical fashion?
Saya rasa tidak hanya di Indonesia. Kendala utama fashion berbasis sustainability, eco friendly dan ethicaladalah production cost yang sulit sekali ditekan. Tentu harga tidak bisa kompatibel dengan industri fast fashion. Pemahaman yang perlu disampaikan adalah murahnya harga tersebut akan ada yang menanggung. Korbannya adalah alam dan manusia itu sendiri.