Nadine Chandrawinata : True Warrior
Meski masih aktif sebagai aktris dan presenter hingga kini, Nadine Chandrawinata lebih memilih kata environmentalist untuk mendeskripsikan dirinya pada kolom biografi di akun Instagram pribadi. Seperti apa peran Nadine sebagai aktivis lingkungan? Simak penuturan wanita yang hobi diving ini kepada Urban Icon.
Dulu, kita mengenal Nadine Chandrawinata sebagai wanita cantik yang berhasil menjuarai ajang pemilihan Puteri Indonesia 2005 dan sukses meraih juara kedua untuk Budaya Nasional Terbaik dan predikat Putri Persahabatan di Miss Universe 2006.
Terlepas dari kontes kecantikan yang melambungkan namanya, Nadine Chandrawinata tak berhenti menjadi sosok yang inspiratif. Di tengah kesibukannya sebagai aktris dan presenter, kini wanita kelahiran Jerman tersebut juga aktif sebagai environmentalist melalui inisiatif Sea Soldier.
Kalau kamu harus mendeskripsikan dirimu sendiri dalam tiga kata, kata apa yang menurutmu paling mewakili sosok Nadine Chandrawinata?
Realistis, easy going, optimistis.
Apa yang berbeda dari Nadine sekarang dengan Nadine Chandrawinata yang dulu pernah mengikuti ajang pemilihan Puteri Indonesia dan Miss Universe?
Secara usia, pastinya sekarang aku sudah lebih bertambah pengalaman dan bertambah ilmu. Jadi lebih dewasa, lebih dispilin, lebih bisa menjaga komitmen, dan lebih menghargai orang lain. Aku juga lebih terbuka untuk diajak bekerja sama. Meskipun dulu juga saat ikut Puteri Indonesia aku merasa itu kegiatan yang positif karena mengajarkan wanita untuk lebih bijaksana dalam bertindak.
Dari mana sebenarnya kamu mendapatkan ide untuk memulai misi lingkungan?
Sekitar tahun 2005. Awal- nya karena senang traveling. Saat traveling itu aku belajar untuk menjadi smart traveler. Ke mana-mana aku bawa kotak makan sendiri, botol minum sendiri, juga kantong sampah. Karena kalau bukan kita yang mulai, siapa lagi? Sembari jalan, aku mulai menularkan itu ke siapa pun. Walaupun sebenarnya kalau dalam lingkunganku sendiri, seperti teman dan keluarga, menjaga alam itu sudah bukan hal yang baru. Buang sampah tidak sembarangan dan tidak mengotori lingkungan itu sudah biasa dilakukan.
Sebagai pendiri Sea Soldier, boleh kamu ceritakan awal mula dan fokus dari inisiatif ini?
Aku suka diving. Saat diving itu aku rasanya terganggu sekali melihat sampah bertebaran di lautan. Di pantai, di terumbu karang, di mana- mana. Aku ingin bisa diving di tempat yang bersih dan tidak kotor lagi. Dari situ aku mulai kegiatan bersih-bersih laut setiap kali diving. Setiap mau diving aku akan presentasi ke orang-orang mengenai hal ini. Nah, tapi aku pikir, aku tidak akan cukup kuat kalau sendirian. Karena itu aku harus cari bala bantuan yang sungguh-sungguh mau ikut dalam aksi ini. Orang-orang yang mau melakukan sesuatu dari hati supaya bisa diajak bergerak bersama. Dari situlah aku mulai gerakan Sea Soldier.
Prinsip Sea Soldier adalah mengalir seperti air; dari hulu ke hilir. Hulu itu daratan. Hilir itu lautan. Karena pada akhirnya yang mau kita selamatkan ada- lah lautan, kita juga harus mulai dari daratan. Program Sea Soldier banyak yang bergerak di daratan.
Apa yang kamu harapkan untuk bumi, yang bisa tercapai lewat gerakan Sea Soldier?
Tahun ini Sea Soldier masuk usia ke-3. Sea Soldier berulang tahun pada tanggal 28 Maret kemarin. Masih baru sih, tapi setidaknya kami sudah berani memulai gerakan nyata. Salah satunya di Surabaya beberapa waktu lalu. Masih dalam rangkaian perayaan hari jadi Sea Soldier, kami melakukan aksi bersih-bersih kampung nelayan. Saya senang karena banyak orang yang tergerak untuk ikut berkontribusi.
Sebagai informasi, Sea Soldier ini sekarang sudah ada di 14 kota di Indonesia. Siapa saja bisa ikutan. Tidak ada sistem keanggotaan. Hanya memang kami menerapkan sistem pendaftaran dengan pemberian gelang sebagai bagian dari kesertaan. Ini kami lakukan supaya memudahkan pendataan. Setiap cabang Sea Soldier tidak menyoal satu isu saja, tetapi banyak. Ada yang memfokuskan diri pada isu penyelamatan lahan mangrove, lumba-lumba, diet sampah plastik, edukasi tentang hewan dan lingkungan di sekolah- sekolah, hingga program bersih-bersih kamar sendiri oleh anak tanpa bantuan ibu agar mereka dapat mengetahui dengan jelas berapa banyak sampah yang dihasilkan.
Nah, setiap gerakan tadi bisa sama-sama kita pantau di media sosial Sea Soldier.
Sudah sampai di mana menurut kamu perjuanganmu dalam misi menyelamatkan bumi?
Aku nggak bisa menyebutkan secara pasti sampai di mana karena tidak ada tolak ukurnya. Namun setidaknya kalau dari yang aku lihat, dengan semakin menjadi trennya isu go green dan go blue, setidaknya gerakan ini pasti membawa perubahan. Lihat saja kegiatan-kegiatan yang happening seperti marathon. Meskipun itu kadang-kadang berhubungan dengan kampanye sebuah produk, menurutku tidak masalah karena itu membuat orang tertarik untuk menjadi lebih baik—lebih sadar akan apa yang mereka lakukan. Kalau sekarang Indonesia masih nomor dua di dunia sebagai negara penghasil sampah, aku berharap dengan kesadaran yang mulai terbangun, peringkat itu bisa turun. Kalau bisa kita keluar dari daftar 10 besar.
Siapa sosok yang kamu jadikan panutan? Kenapa?
Aku punya teman-teman yang bergerak di bidang ini. Banyak dari mereka yang turun langsung melakukan apa yang harus dilakukan tanpa perlu publikasi. Mereka itu panutanku. Kenapa? Karena menurutku mereka tulus. Mereka banyak kehilangan momen penting dalam hidupnya. Tidak bisa sering kumpul dengan teman atau keluarga, tapi mereka tetap memilih untuk berada di jalan itu. They fight for our world, for our existence. Mereka bertahan di hutan berbulan-bulan, berusaha mencegah kepunahan hewan, seperti badak, gajah, dan cendrawasih. Padahal, ancaman banyak sekali. Oleh karena itu, aku ada di sini untuk mewakili mereka. Setiap donasi yang terkumpul lewat Sea Soldier kami salurkan untuk para pekerja lapangan tadi.
Sebagai traveler yang sudah pernah mengunjungi berbagai pelosok dunia, pelajaran apa yang kamu dapatkan?
Di luar negeri, hal-hal seperti buang sampah di tempatnya itu sudah menjadi sebuah kesadaran. Aku ber- harap di sini juga begitu. Buang sampah sudah harus sama pentingnya dengan makan, harus menjadi sebuah kebutuhan dan bukan lagi sekadar tuntutan. Selain itu, di luar negeri biasanya pemerintah- nya tegas dalam menerapkan peraturan. Penginapan, toilet, dan tempat pembuangan sampah, semua disiapkan di awal kita mau masuk ke dalam hutan. Bukan di dalam atau di atas gunung. Jadi bagian dalam hutan tetap bersih dan terjaga.
Apa yang menurut kamu sebaiknya dilakukan Indonesia?
Aku berharap pengembang atau pemerintah kita juga bisa tegas seperti itu. Pembangunan dan kebijakan yang melibatkan umum sebaiknya dipertimbangkan matang- matang demi keselamatan banyak orang. Struktur lokasi tempat wisata harus lebih diperhatikan. Begitupun izin untuk mendirikan fasilitas.
Sampai kapan Nadine Chandrawinata berencana aktif sebagai environmentalist?
Karena ini bukan tugas jadi menurutku tidak ada ujungnya. Sampai akhir kalau bisa.
Apa pesan kamu kepada anakanak muda yang me megang masa depan bumi di tangannya?
Jadilah generasi yang bijak dalam segala hal. Sederhananya dengan memulai langkah nyata seperti tidak menggunakan plastik. Aku tidak anti plastik, tetapi kalau bisa mengapa tidak kita coba untuk mengurangi. Mulailah bawa kantong belanja reusable sendiri. Simpan di tas, di mobil, di mana saja yang gampang dicari. Kan sekarang banyak model kantong yang bisa digulung-gulung kecil dan praktis. Aku sedih melihat orang yang sudah dandan keren tetapi bawa kantong plastik. Coba kurangi juga penggunaan styrofoam dan sedotan, ya!