Perjalanan Carline Darjanto Bersama Cotton Ink
Perjalanan Cotton Ink
Hai Carline, tahun ini Cotton Ink merayakan usia 10 tahun. Boleh kilas balik sejenak bagaimana label ini dimulai?
Kita bermula dari jual kaus stensil bergambar Obama yang waktu itu sedang kampanye presiden dan ternyata oh lucu juga ya bisa jualan sendiri, kita lanjut bikin produk lain berupa convertible shawl yang diterima baik oleh orang-orang. Waktu itu belum zamannya media sosial seperti sekarang, jadi promonya masih dari mulut ke mulut, dari forum ke forum sampai akhirnya orang makin banyak yang tahu dan beli. Kita mulai masuk ke T-shirt, leggings dan akhirnya salah satu titiknya adalah saat kita jualan di Brightspot Market dan dapat favourite brand hasil survei pengunjung. Dari situ kita dapat semacam golden ticket untuk masuk ke CLEO Fashion Awards. Awalnya kaget sih karena dari cuma jualan T-shirt kita harus bikin fashion show. Tapi karena aku dulunya juga lulusan fashion design, kita bikin satu koleksi yang diterima sangat baik oleh para customer. Dari situ kita benar-benar masuk ke ready-to-wear.
Baca juga : Mengintip Koleksi PURANA yang Ramah Lingkungan
Dalam kurun waktu 10 tahun ini, apa saja perubahan yang terjadi dalam Cotton Ink?
Kalau dulu kerja cuma berdua, gudang di rumah, sampai packing sendiri, hahaha. Kalau sekarang aku boleh berbangga karena punya kantor sendiri, pegawai lebih dari 100, punya tiga toko di mall bergengsi di Jakarta, customer kita juga sudah ratusan ribu mungkin. Maybe it’s just different but I think the soul is still the same. Apa yang ingin kita sampaikan, baju yang ingin kita suggest untuk wanita Indonesia jiwanya masih sama. Cuma sekarang kita sudah berkembang dan pilihan barang sudah semakin banyak.
Kamu dan Ria sudah berteman sejak SMP, apa tantangannya merintis bisnis dengan teman sendiri?
Kalau awal kita jujur sering berantem. I guess in every company atau partnership, tantangan utama pasti komunikasi. Walaupun dari awal aku dan Mbak Ria punya visi yang sama, tapi banyak juga argumennya dari cara kerja dan cara pandang. Of course, karena kita datang dari dua latar belakang berbeda walau satu sekolah, kakak-adik saja bisa berantem apalagi teman yang kerja bareng, kan? Kalau sekarang, kita sudah mengerti cara komunikasi dan bagi tugas. Aku punya tim sendiri, Mbak Ria punya tim sendiri dan kita kerjasama. Aku di sini memang creative director sementara Mbak Ria sebagai branding & marketing director.
Dari sekian banyak prestasi yang pernah diraih, apa yang paling berkesan?
Kalau untuk akunya sendiri, bisa masuk daftar 30 Under 30 Forbes adalah kejutan yang menyenangkan, tapi kalau untuk Cotton Ink aku tidak melihat award sebagai prestasi yang mendefinisikan brand ini. Prestasi terbaik buat aku adalah bagaimana company ini bisa berkembang dan bertahan. Soalnya banyak teman kita yang start-nya bareng tapi sudah tutup atau di situ-situ saja, with all due respect. Aku bangga kita bisa berkembang dari tahun ke tahun karena sampai sekarang kita pun masih self-funding dan tidak ada investment dari luar.
Perkembangan Industri Mode
Bagaimana cara kalian tetap up to date dalam segi desain, tren, dan bisnis?
Dari tim creative aku ada yang kerjanya trend forecasting dan trendspotting. Dan memang harus tahu apa yang sedang terjadi, soalnya tren itu tidak cuma global tapi juga lokal. Seperti Lebaran misalnya, walau bukan tren global tapi celebration paling besar di Indonesia adalah Lebaran dan kita selalu bikin koleksi spesial karena ini season yang bikin orang mau spend more and want to feel special. Di akhir tahun kita rilis koleksi yang lebih resort atau holiday karena kita tahu tidak semua orang pergi holiday ke winter countries, ada yang liburan di Indonesia saja atau staycation keliling kafe. Kita mau bikin koleksi yang bisa dipakai wanita Indonesia untuk momen-momen itu.
Bagaimana kamu melihat perkembangan industri mode saat ini?
Aku bisa bilang sekarang industrinya sangat diverse ya? Kalau dulu, tuh, kayaknya ada satu tren yang mendefinisikan tahun itu. Kalau sekarang orang malah tidak mau didikte oleh tren dan mau tampil sesuka dia saja. Aku sekarang maunya Cotton Ink lebih menarik orang based on occasion. Kamu lagi butuh apa sih? Jadi kita bisa melengkapi gaya kamu di bagian mana daripada cuma bilang lagi tren ini nih, soalnya orang sekarang makin pintar dan tidak termakan tren.
Seberapa penting peran aksesori dalam penampilan?
Aksesori menurut aku penting sekali. Aksesori yang tepat bisa mengubah penampilan kasual jadi lebih stylish without have to thought much.
Kalau Carline sendiri apa aksesori favoritnya dan apa pertimbangan khusus dalam memilihnya?
Aku suka statement bag atau sepatu. Pertimbangan khusus pasti yang bisa dipakai lama dan bisa di-mix and match. Soalnya aku pemakai baju warna netral dan monokrom, jadi sedikit touch of color or texture in accessory is good for me. Sekarang aku suka tas wanita yang kecil, tidak terlalu besar dan tidak terlalu bawa banyak bawaan. Aku punya banyak tas warna cerah seperti merah.
Bicara mengenai pesta, perayaan seperti apa yang bisanya kamu lakukan untuk akhir tahun?
Kalau pesta biasanya aku suka bikin family atau friends dinner. Kita suka masak sendiri atau kadang bikin potluck jadi semua orang bawa makanan. Biasanya suami yang initiate karena dia suka ngumpulin teman-teman dan keluarga di rumah kita. Suami masak main course, aku kadang bikin dessert. Kita biasanya juga table setting, pakai segala macam pernak-pernik seperti lilin untuk menjamu tamu soalnya momen ini tidak setiap bulan bisa kita lakukan.
Baca juga : Nadine Chandrawinata : True Warrior
Apa rencana atau target selanjutnya?
Kita mau buka lebih banyak toko untuk menjangkau more new customer. Gabungan dari presence online dan offline adalah kombinasi yang bagus karena tidak semua orang tahu Cotton Ink, banyak juga orang yang tahu Cotton Ink ketika mereka lewat toko kita dan responsnya bagus. Banyak yang mengira kita brandinternasional, tapi kita tetap perlu kasih tahu kalau kita sebenarnya label lokal.