Karya Ramah Lingkungan Pimpi Syarley Naomi
Sudah hampir 3 tahun Pimpi menekuni teknik katazome untuk label karya ramah lingkungan miliknya, SawoKecik. Teknik pewarnaan kain kimono asal Jepang tersebut ia pilih setelah melewati berbagai percobaan dan pertimbangan.
Katazome adalah teknik pewarnaan kain sesuai tradisi Jepang, yang pada zaman dahulu digunakan untuk mewarnai kain kimono. Teknik ini terdiri dari proses yang cukup panjang. Mulai dari mendesain gambar, memindahkannya ke kertas anti air, memotong kertas seperti pada teknik stensil, menempelkan jaring ke atas gambar agar gambar tak mudah lepas, melapisi kain dengan adonan pasta nori, mengeringkan pasta, memulaskan lapisan susu kedelai murni agar pasta lebih me lekat, mewarnai kain dengan pigmen warna, hingga membilas kain dengan air untuk melepaskan nori dari kain. Namun passion Pimpi terhadap karya seni dan penggunaan bahan untuk karya ramah lingkungan yang juga aman bagi seniman, membuat ia tak merasa berat melakoni setiap prosesnya. Di musim hujan, Pimpi bahkan tetap bisa berkarya di dalam ruangan kerjanya yang kecil tanpa perlu mengkhawatirkan paparan gas atau bahan berbahaya yang biasanya menjadi keluhan para seniman yang menerapkan teknik pewarnaan kimiawi.
Awalnya, Pimpi berkenalan dengan teknik ini melalui artikel di sebuah majalah yang menampilkan sepasang seniman suami istri pelaku katazome. Karena penasaran, ia pun mulai mencari tahu tentang teknik ini melalui internet. Merasa tidak puas hanya dengan cara itu, pada tahun 2017 ia memberanikan diri untuk mempelajari langsung teknik katazome di negeri asalnya, Jepang. Di sana Pimpi berguru kepada lima seniman yang memiliki pendekatan berbeda beda terhadap cara kerja katazome. Melalui studi tersebut, Pimpi lalu menentukan gaya dan pengaplikasian yang paling tepat dan sesuai dengan kebutuhannya, yaitu kombinasi antara tradisional dan modern, sesuai dengan bahan dan alat yang tersedia di Indonesia.
Baca juga : Daftar Galeri Seni Di Jakarta yang Wajib Kamu Kunjungi
Awal 2018 lalu, ia kembali lagi ke Jepang untuk mengikuti program residensi seniman selama satu bulan. Pimpi berangkat dengan tujuan me nemukan suasana dan tentunya bahan baku asli Jepang untuk karyanya. Di sana, Pimpi sempat mendatangi beberapa studio seniman untuk melihat proses kerja mereka. Ia juga bertukar ilmu dengan enam seniman lain yang datang dari berbagai negara. Lalu mereka membuat konsep, memproduksi kain dengan gambar dan pewarnaan sendiri, serta memamerkan hasil karya tersebut dalam sebuah pameran. Pimpi banyak menuai pujian karena selain desainnya yang menarik, sampai sekarang baru Pimpilah satu-satunya seniman asal Indonesia yang melakoni teknik seni yang satu ini.
Dua tokoh panutannya dalam berkarya adalah Keisuke Serizawa dan Nobuyuki Takai. Keisuke Serizawa adalah desainer tekstil legendaris yang terkenal karena keberaniannya menciptakan kreasi pewarnaan katazome dengan teknik stensil berlapis. Keisuke Serizawa wafat pada tahun 1984 tetapi karyanya masih mendapat penghargaan hingga sekarang. Sementara Nobuyuki Takai adalah seniman katazome yang juga murid Keisuke Serizawa. Selain karakter desain yang playful, Pimpi juga mengagumi konsistensi dan dedikasi Nobuyuki Takai dalam melakoni proses pem buatan alat dan bahan katazome dari dasar.
Kepada mereka yang ingin mewujud kan mimpi tapi takut untuk memulai, Pimpi berpesan, “Percayalah. When you open your heart and mind for something that you really want, it will happen. Siapkan dirimu untuk mimpi itu maka berbagai kesempatan akan terbuka tanpa kita duga-duga. Fokus. Mimpi tidak akan tercapai kalau kita tidak memulai. Jangan takut gagal karena lebih baik gagal daripada menyesal karena tidak pernah mencoba sama sekali.”